Senin, 06 Februari 2012

Daftar isi:



  1. Bung Karno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar
  2. NASAKOM SEBAGAI KONSEP NEGARA
  3. MARHAENISME
  4. Pidato Bung Karno Tentang SP 11 MARET
  5. NASAKOM BERSATU NASAKOM DJIWAKU
  6. SEJARAH SINGKAT KONFERENSI ASIA AFRIKA
  7. Anti Imperialisme / Neo-Kolonialisme
  8. Perundingan Linggajati & Perundingan Renville
  9. Dibalik Peristiwa Madiun 1948 & Peristiwa Sumatera 1956
  10. Tersingkapnya Tabir G30S /1965
  11. “ Atjungkan Tindju Kita “
  12. “ KAPITALISME “
  13. “ MARXISME “
  14. Kekuatan Raksasa Militer Indonesia 1960
  15. “PBB di mata Bung Karno”
  16. Mengapa Ada Poros Jakarta – Peking?
  17. Jembatan Semanggi, Simbol Persatuan
  18. MENCABUT AKAR KOLONIALISME
  19. MENDIRIKAN INDONESIA MERDEKA
  20. PKI dan Angkatan Darat (SESKOAD)
  21. Perkembangan di Amerika Latin Membenarkan Visi Bung Karno
  22. Bung Karno : “Sumbangan dan pengorbanan PKI besar sekali!”
  23. Kembalikan jiwa revolusioner Sumpah Pemuda !”
  24. Tentang 17 Agustus, Bung Karno dan hari depan bangsa
  25. Bung Karno Mendobrak PBB
  26. Revolusi ala Soviet di Banten
  27. Ganyang Malaysia! Asal mula & Latar Belakang
  28. PKI KEJAM ...??? SIAPA BILANG, mau tahu...sejarahnya ?
  29. Asal nama Indonesia kpn sih diresmikan
  30. Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen
  31. Menjelang Wafatnya Soekarno Berkas yang Hilang
  32. Sisi Tersembunyi Indonesia
  33. Harta Peninggalan Bung Karno ..buka hati
  34. Ganefo, Lembaran Sejarah Yang Terlupakan
  35. (CONEFO) Conference of The New Emerging Forces
  36. Manifesto Komunis
  37. Nama Soekarno di Belahan Dunia
  38. Bung Karno Dan Empat Strategi Melawan Imperialisme
  39. PERSAHABATAN BUNG KARNO, GUAVARA DAN CASTRO
  40. KONSEP “TRISAKTI” BUNG KARNO


  41. SOEKARNO
    Penyambung Lidah Rakjat


  42. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 01
  43. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 02
  44. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 03
  45. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 04
  46. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 05
  47. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 06
  48. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 07
  49. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 08
  50. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 09
  51. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 10
  52. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 11
  53. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 12
  54. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 13
  55. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 14
  56. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 15
  57. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 16
  58. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 17
  59. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 18
  60. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 19
  61. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 20
  62. SOEKARNO "PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA" ..... Halaman 21 


 

NASAKOM


Tiga unsur pokok yang telah tertanam di bumi INDONESIA sejak dahulu kala yakni Jiwa NASIONALIS, Jiwa AGAMIS dan Jiwa KOMUNIS.
INDONESIA tidak akan pernah mampu berdiri tegak
tanpa TIGA SERANGKAI tersebut.
LIHATLAH sejarah yang sesungguhnya, ...
dimana indonesia telah mengikrarkan PANCASILA sebagai DASAR NEGARA.
Dan pada waktu itu juga tidak lepas dari KESEPAKATAN mereka BERTIGA ..!!!
LANTAS, ….
SIAPA YANG BILANG, BAHWA KOMUNIS ITU ANTI TUHAN ..??
TIDAAAKKK!!!! ... SAMA SEKALI TIDAKKK ..!!!!
Karena Komunis JUSTRU mengajak kita
untuk MENGENAL TUHAN SECARA NYATA ...!!!
Sistem dengan persamaan Hak, Persamaan Keadilan dan Persamaan derajad di mata Hukum, Juga persamaan ekonomi sesuai dengan ajaran Rosul-NYA.
LIHATLAH SEJARAH YANG SESUNGGUHNYA ...!!!
KARENA ...
MENENTANG KOMUNIS SAMA HALNYA DENGAN MENENTANG PANCASILA

KONSEP “TRISAKTI” BUNG KARNO



Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dalam Pidato Trisakti tahun 1963 menegaskan:
  1. berdaulat secara politik
  2. berdikari secara ekonomi
  3. berkepribadian secara sosial budaya
Dalam bidang kemandirian politik, Soekarno telah berhasil memperjuangkan Pancasila sebagai kemandirian bangsa Indonesia dengan memiliki ideologi negara sendiri. Soekarno juga telah berhasil mempertahankan persatuan dengan menumpas setiap pemberontakan yang terjadi seperti Permesta, PRRI, DI/NII, dan persoalan Papua. Hanya saja karena kurangnya kemandirian dalam persoalan persenjataan, Soekarno cenderung mendapatkan pasokan senjata dari Rusia, sehingga ideologi komunis berkembang di Indonesia yang puncaknya adalah pertistiwa gerakan 30S/PKI. Sedangkan dalam politik luar negerinya, Soekarno menerapkan politik bebas aktif di mana tidak berpihak pada salah satu blok dunia, sosialis atau kapitalis, namun ikut proaktif dalam mendorong terciptanya perdamaian dunia. Dalam politik ini, Soekarno berhasil mengadakan Konferensi Asia-Afrika (KAA), namun karena negara-negara yang hadir memiliki afiliasi politik terhadap kekuatan Komunis, sehingga kemandirian politik yang dicita-citakan makin bias, terlebih lagi ketika terjadi konfrontasi dengan negara Malaysia. Ketika itu yang dianggap penyelewengan ideologis, adalah banyaknya konsepsi Presiden Soekarno yang diletakkan lebih tinggi dari Pancasila. Misalnya, Nasakom dan Manipol-Usdek. Pidato-pidato Soekarno saat itu, kerap dianggap menggeser kedudukan Pancasila sebagai dasar negara. Meskipun, Soekarno sendiri berpendapat konsep-konsep itu merupakan penjabaran Pancasila. 

Dalam kemandirian sosial budaya, Soekarno secara tegas menolak budaya asing, padahal secara natural suatu bangsa tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh asing dan buktinya nilai-nilai komunis juga telah masuk di Indonesia. Demi mewujukan kemandirian sosial budaya, pada era Soekarno hampir terperosok pada paham chauvinistik dengan mengisolasi diri dan fasisme dengan merendahkan bangsa lain, sehingga sering terjadi konflik dengan negara-negara tetangga. 

Sedangkan dalam kemandirian secara ekonomi ditegaskan Soekarno, bahwa lebih baik potensi sumberdaya alam Indonesia dibiarkan, hingga para putra bangsa mampu untuk mengelolanya. Bung Karno menolak eksploitasi atau penjajahan oleh kekuatan asing. Sayang sekali, sikap kemandirian itu bias oleh pertarungan politik internal sehingga yang muncul adalah konfrontasi melawan Barat dan tampak keberpihakan atau kedekatan kepada negera-negara komunis. Pada masa ini, semangat nasionalisme mengarahkan pada nasionalisasi perusahaan asing menjadi perusahaan milik negara. Peluang bagi swasta besar untuk berkembang dapat dikatakan minim. Pandangan liberalisasi ekonomi pada masa itu dapat dikatakan sebagai musuh negara. Kecenderungan dan keberpihakan Soekarno mengakibatkan terjadinya krisis politik dan ekonomi yang terjadi pada tahun 1965, sehingga ada tuntutan Ampera (amanat penderitaan rakyat), yaitu bubarkan PKI, perombakan kabinet dan turunkan harga. 

Ajaran Soekarno yang diadopsi oleh Fidel Castro dalam konteks Kuba adalah ajaran Trisakti. Yang menarik adalah bahwa Fidel Castro mengadopsi dan menerapkan prinsip Soekarno itu secara konsisten dan tegar dalam seluruh sistem pemerintahannya. Konsistensi yang paling kentara adalah menolak segala bentuk imperialisme dan kapitalisme yang merupakan pendiktean oleh Barat tentang ekonomi, politik dan budaya. Castro sangat jelas menolak kehadiran dan campur tangan IMF dalam negaranya, bahkan menyerukan agar lembaga pendanaan kapitalis internasional yang menindas negara-negara berkembang itu semestinya dibubarkan dan dihentikan perannya. Ini merupakan wujud pelaksanaan Trisakti yang konsisten oleh Castro dalam konteks Kuba, yakni kemandirian dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Kekuatan ekonomi sendiri merupakan landasan bagi pemerintah Kuba untuk membangun negara dan rakyatnya. Tidak ada hutang luar negeri yang diterima sebagai landasan, sehingga tak ada kewajiban cicilan bunga hutang yang tinggi yang harus dibayar oleh pemerintah Kuba. Seluruh pendapatan negara dialokasikan pertama-tama untuk belanja tunjangan sosial, dan kedua untuk belanja pendidikan. Kepentingan lain berada dalam urutan prioritas berikutnya. Karena berdikari dalam bidang ekonomi, Kuba telah mampu mempertahankan kedaulatan dalam bidang politik dan kedaulatan dalam kebudayaan nasionalnya.

Sumber : http://cecakhitam.wordpress.com/2011/05/15/persahabatan-bung-karno-guavara-dan-castro/

PERSAHABATAN BUNG KARNO, GUAVARA DAN CASTRO

Che Guevara adalah pejuang Kuba yang lahir di Rosario, Argentina pada tanggal 14 Juni 1928. Che Guevara sempat bertemu Ir.Soekarno. Pada 9 Oktober 1967


Castro mengatakan dengan tegas, dirinya adalah murid Bung Karno. Itu dikemukakannya sendiri kepada Bung Karno,ketika dua tokoh Gerakan Nonblok ini bertemu, dan kepada Adam Malik ketika almarhum menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI. Secara terbuka Castro menegaskan bahwa dirinya telah mengadopsi ajaran-ajaran Presiden RI pertama itu untuk dijadikan acuan guna memimpin negaranya. Ajaran yang mana?



tentu, bukan Pancasila, nasakom, atau marhaenisme, melainkan trisakti dan resopim. Castro yang dikenal sebagai tukang ekspor revolusi ini ternyata juga telah mengimpor teori revolusi ajaran Bung Karno. Selama penulis menduduki pos sebagai Dubes RI (1999–2003) di negeri yang luasnya tak lebih dari Pulau Jawa ini, tampak bahwa pemerintahan di bawah Fidel Castro konsisten mempraktikkan dua ajaran tersebut yang tentu saja sudah diolah menjadi trisakti dan resopim ala Kuba.


Sebagaimana kita ketahui,ajaran trisakti Bung Karno ini mencakup, pertama, berdaulat dalam politik; kedua,berdiri di atas kaki sendiri (berdikari atau mandiri) di bidang ekonomi; ketiga, berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun resopim yang merupakan judul pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1961 adalah merupakan akronim dari “revolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional”.


Bahkan Fidel Castro menyerukan agar IMF sebagai lembaga pendanaan kapitalis yang sifatnya menindas negara-negara sedang berkembang dibubarkan saja. Sikap kemandirian itu berbeda dengan Indonesia yang selama Orde Baru justru pembangunan ekonominya dibayang-bayangi IMF sehingga terpuruk dalam krisis moneter (krismon) yang berkepanjangan dan menimbulkan beban utang yang terus membengkak hingga hari ini.

Kuba membangun negara dan rakyatnya dengan mengandalkan kekuatan ekonominya sendiri. Bukan mengandalkan utang luar negeri. Inilah prinsip berdikari di bidang ekonomi yang diajarkan Bung Karno, tetapi dipraktikkan secara konsisten oleh Castro. Dengan berdikari dibidang ekonomi, Kuba dapat mempertahankan kedaulatan politiknya dan juga kebudayaan nasionalnya.

Dengan program pembangunan yang berbasis ajaran Bung Karno itu, Kuba kini merupakan negara kecil yang berpotensi besar. Di bidang kesehatan, Kuba mendapat pengakuan dari WHO sebagai salah satu negara dengan tingkat pemeliharaan kesehatan terbaik di dunia.Tingkat kematian bayi hanya 6,2 per 1.000 kelahiran dan usia harapan hidup mencapai rata-rata 76 tahun.Kuba telah mengekspor ribuan tenaga terdidik ke seluruh dunia setiap tahunnya, mencakup dokter, insinyur pertanian, pelatih olahraga, dan lain-lain yang menghasilkan devisa amat besar bagi negara.Hal itu terjadi karena mereka yang bekerja di negeri asing dipotong gajinya hingga 50% yang harus disetorkan kepada pemerintah.


Bandingkan dengan tenaga kerja Indonesia yang kebanyakan hanya tenaga kasar dengan gaji murah dan mereka masih diperas oleh yayasan pengirim tenaga kerja. Meskipun menganut sistem sosialis-komunis,Kuba terbuka bagi modal asing.Dengan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 77 Tahun 1995,banyak negara dan perusahaan skala internasional menanamkan modalnya di Kuba secara bebas,kecuali di bidang pendidikan, kesehatan, dan pertahanan yang terlarang bagi investasi asing.


Kebijakan ini berbeda dengan UU PMA Indonesia yang dikeluarkan di awal pemerintahan Orde Baru. UU tersebut tanpa barikade sehingga ekonomi nasional malah didominasi kekuatan asing.Kuba juga menjamin kebebasan beragama, berkumpul, dan berserikat yang tertuang dalam hasil Sidang Majelis Nasional Kuba pada 10 Juli 1992. Kuba bukan negara kaya, tetapi juga bukan negara miskin.


Pemerintah Kuba menerapkan ajaran Bung Karno dengan pola hidup sederhana, membangun dengan kekuatan ekonomi sendiri, dan selalu menerapkan prinsip “ukur baju badan sendiri”. Bagi Indonesia, kita perlu mengambil pelajaran dari sisi positif praktik sistem pemerintahan Castro yang mengaku “berguru” kepada Bung Karno itu tanpa harus menjadi Kuba karena sistem politik Indonesia memang jauh berbeda dengan yang dianut negeri di kawasan Karibia itu.

Note:

Presiden Soekarno disebut sebagai Sahabat yang memperjuangkan nasib rakyat kecil pantas disebut sebagai sahabat dan kawan dari Che Ernesto Guevara dan Fidel Castro.




Sumber : http://cecakhitam.wordpress.com/2011/05/15/persahabatan-bung-karno-guavara-dan-castro/

Bung Karno Dan Empat Strategi Melawan Imperialisme



Indonesia adalah negara yang sangat luas. Negeri ini sama luasnya dengan penggabungan tujuh negara eropa: Inggris, Perancis, Jerman barat, Belgia, Belanda, Spanyol, dan Italia.
Pada permulaan abad 20, jumlah penduduk Indonesia adalah enam kali lipat dari negeri yang menjajahnya: Belanda. Selama berabad-abad bangsa Indonesia berjuang melawan kolonialisme Belanda itu.
Pada permulaan abad 20, pada tahun 1920-an, muncul seorang pionir dari gerakan pembebasan nasional Indonesia: Soekarno. Berbagai gerakan politik yang diusung oleh Soekarno, juga penyebaran gagasan-gagasannya, dianggap mengancam eksistensi kekuasaan kolonial.
Soekarno, yang banyak dipengaruhi oleh gagasan Marxisme dan aliran nasionalisme progressif, banyak membenangkan hidupnya dalam pekerjaan menganalisa watak imperialisme dan cara-cara melawannya.


Empat strategi imperialisme
Pada tahun 1930, di dalam penjara kolonial, Bung Karno menyusun sebuah pidato pembelaannya (pledoi). Berkat bantuan istrinya, Inggit Ginarsih, yang setia menyelundupkan buku-buku ke dalam penjara, Bung Karno mematangkan pandangannya tentang imperialisme.
Salah satu analisa Bung Karno yang sangat menarik adalah empat strategi imperialisme untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia: 

Pertama, sistem imperialisme melahirkan politik divide et impera, yakni politik memecah-belah.
Menurut Soekarno, imperialisme di mana saja, apapun bentuknya, punya slogan yang sama: “Verdeel en heers”—pecahkan dan kuasai! Dengan menggunakan mantra itu, kolonialisme bisa membangun kekuasaan di negara lain.
Itu pula yang terjadi di Indonesia. Negeri yang luasnya 60 kali luas Belanda ini bisa ditaklukkan sampai ratusan tahun. Tentu saja, kata Soekarno, senjata pamungkas belanda terletak pada politik “divide et impera”.
Ada banyak cara untuk menjalankan politik adu domba ini: menggunakan media massa untuk meniupkan perpecahan. Di sini, pers-pers belanda selalu merendahkan, bahkan melemahkan, setiap upaya pembangkitan nasionalisme kaum inlander (bumiputra); menjalankan politik “eilandgouvernementen”—pemerintahan sepulau-sepulau—dengan memecah belah administrasi pemerintahan; menggunakan agama untuk memicu konfrontasi dengan pemeluk agama lain. 

Kedua, sistem imperialisme menetapkan bangsa Indonesia dalam kemunduran.
Imperialisme berusaha membawa bangsa Indonesia ke arah kemuduran. Caranya, salah satunya, adalah penghancuran fikiran-fikiran (akal budi) rakyat.
Politik kolonial mengubah rakyat Indonesia menjadi rakyat kecil, “nrima”, rendah pengetahuannya, lembek kemauannya, sedikit nafsu-nafsunya, hilang keberaniannya. Pendek kata, kolonialisme mengubah rakyak Indonesia menjadi (maaf) rakyat kambing yang bodoh dan mati energinya.
Pemikir perancis yang anti-kolonial, Frantz Fanon, juga menguraikan bagaimana kolonialisme menghancurkan budaya dan karakter rakyat. Akibatnya, rakyat di negara jajahan ditingalkan dalam kebingungan intelektual dan moral. 

Ketiga, sistem imperialisme membangun kepercayaan di dalam hati dan fikiran rakyat, bahwa bangsa penjajah lebih superior dibanding bangsa terjajah.
Kolonialisme di mana saja, kata Bung Karno, selalu berusaha menutupi maksudnya, bahkan menciptakan teori manis untuk mencapai tujuan mereka.
Tidak jarang, misalnya, kita menemukan literatur yang menyebutkan bahwa misi kolonialisme adalah “misi suci” (mission sacree): penyebaran agama, menyebarkan pencerahan, dan membuat rakyat jajahan menjadi “beradab”.
Tidak jarang, dalam upaya menanamkan superioritasnya, pihak kolonialis melegitimasi keunggulan-keunggulan rasial: kulit putih lebih unggul dari kulit berwarna. Dalam sejarah kolonialisme di Indonesia, kita sering mendengar bagaimana cacian “inlander” disepadamkan dengan makian “anjing”, “kerbau”, dan lain-lain.
Yang lebih parah, seperti diakui Bung Karno, rakyat Indonesia dicecoki dengan anggapan “inlander bodoh”. Dengan cekokan itu, yang berlangsung secara turun-temurun, rakyat jajahan kehilangan kepercayaan diri dan kebanggaannya. 

Keempat, sistem imperialisme membangun kepercayaan di dalam hati dan fikiran rakyat, bahwa kepentingan rakyat akan sejalan dengan kepentingan imperialisme. Imperialisme juga sangat piawai menutupi adanya pertentangan kepentingan antara pihaknya dengan rakyat di negara jajahan. Di bidang ekonomi, misalnya, dikatakan bahwa imperialisme memberi keuntungan, seperti adanya industrialisasi, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain.
Penanaman modal asing, sebagai salah satu ciri imperialisme, dipropagandakan membawa keuntungan bagi rakyat jajahan: ada proses pembangunan, ada pembukaan lapangan kerja, ada pembangunan infrastruktur, dan lain sebagainya.
Dengan keempat senjata di atas, kolonialisme Belanda sanggup mempertahankan kekuasannya ratusan tahun di Indonesia.


Empat Strategi Kontra-Imperialisme

Dengan berpegan pada analisa di atas, Bung Karno pun merumuskan dasar politik anti-imperalismenya. Ini pula yang mendasari pendirian partainya: Partai Nasional Indonesia (PNI). Pertama, menjalankan politik kontra pecah belah.
Soekarno, sejak terjun dalam dunia pergerakan, menyadari bahwa kemerdekaan tidak mungkin tercapai tanpa adanya persatuan seluruh rakyat Indonesia.
Pada tahun 1926, setahun sebelum pendirian PNI, Bung Karno sudah merumuskan konsep persatuan gerakan rakyat melalui tulisan “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”.
Dalam tulisan itu, yang didalamnya disertai penjelasan yang sangat mendalam, Bung Karno menegaskan bahwa tiga aliran dalam politik Indonesia, yaitu nasionalis, agama, dan marxis, bisa bersatu untuk mencapai Indonesia merdeka.
“Inilah azas-azas yang dipeluk oleh pergerakan-pergerakan rakyat di seluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi roh-nya pergerakan-pergerakan di Asia itu. Roh-nya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini,” tulis Bung Karno, seraya menekankan pentingnya persatuan itu.
Politik persatuan dalam revolusi nasional ini menjadi politik Bung Karno hingga akhir hayatnya. Begitu gigihnya Bung Karno memegang keyakinan politik itu, banyak orang yang menggelari Bung Karno sebagai bapak persatuan. 

Kedua, menjalankan kontra kemunduruan, yakni kontra dekadensi akal-budi.
Dalam lapangan ini, Bung Karno tidak berhenti menganjurkan perlunya memperluas pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, dan mengurangi buta-huruf di kalangan rakyat.
Di PNI, Bung Karno mengharuskan adanya kursus politik, penciptakan mesin propaganda berupa koran, dan pembentukan “massa aksi”.
Setelah Indonesia merdeka, Bung Karno menyadari bahwa mental warisan kolonial belum sepenuhnya menghilang. Karenanya, ia pun menggagas apa yang disebut sebagai pembangunan bangsa dan karakternya (nation and character building).
Dengan revolusi mental semacam itu, kita berharap bisa menjebol fikiran kolot dan fikiran-fikiran rendah diri. 

Ketiga, kontra penanaman kepercayaan bahwa kita bangsa kelas kambing.
Azas PNI adalah “self-reliance” (jiwa yang percaya kepada kekuatan sendiri) dan “self help” (jiwa berdikari) di kalangan rakyat Indonesia.
Menurut Soekarno, tugas pokok PNI adalah membanting-tulang untuk memberantas segala sikap inferioriteit ini. Bung Karno juga membongkar kebohongan-kebohongan di balik teori penghalusan kolonialisme.
Bung Karno sangat getol menggempur sikap inferioritas ini. Ketika Indonesia sudah merdeka pun, supaya tidak terperangkap kembali dalam jebakan imperialisme, Bung Karno mengobarkan konsep Trisakti: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya. 

Keempat, kontra politik persatuan (kolaborasi) dengan kaum sana (imperialis).
Hampir semua tulisan Bung Karno menguraikan perihal pertentangan kepentingan yang tak terdamaikan antara negara jajahan dan imperialisme.
Bagi Bung Karno, negara jajahan tidak akan bisa melakukan emansipasi, bahkan dalam derajat paling minimum sekalipun, jika tidak menghancur-leburkan kolonialisme dan imperialisme hingga ke akar-akarnya.
Oleh karena itu, dalam strategi perjuangannya, Bung Karno menganjurkan sikap radikalisme (non-koperasi), yakni perjuangan yang tidak setengah-setengah, apalagi tawar-menawar, yakni perjuangan yang hendak menjebol kapitalisme-imperialisme hingga ke akar-akarnya. 



Sumber : http://www.berdikarionline.com/bung-karnoisme/20120205/bung-karno-dan-empat-strategi-melawan-imperialisme.html

Nama Soekarno di Berbagai Negara



1. Rusia
Mesjid Biru Soekarno di St. Petersburgh

 
Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan "berkah" sebagian muslim di negeri palu arit. Semua berawal ketika sang presiden pada tahun 1955 silam, berkunjung ke kota terbesar kedua di Russia ini. Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya, yang kelak diketahuinya sebagai Mesjid yang telah dijadikan sebuah gudang senjata.

Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam pertemuan itulah Soekarno melontarkan kekecewaannya pada penguasa tirai besi Soviet Nikita Kruschev, perihal mesjid indah yang dilihatnya. Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi. Tetapi, umat muslim hingga saat ini sangat berterima kasih dan meyakini bahwa Soekarno orang dibalik semua ini. Maka tak heran jika muslim di St. Petersburg menjuluki mesjid ini dengan Mesjid Biru Sukarno.


2. Mesir
Jalan Ahmad Soekarno

Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno.

Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.

Tercatat, enam kali Soekarno menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

”Soekarno Tetap Eksis di Hati Rakyat Mesir”

KabarIndonesia - Siapa yang tidak mengenal sosok Soekarno? Beliau adalah Bapak Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Secara lantang dan berani, enam puluh enam tahun yang lalu bersama Muhammad Hatta telah memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Yang secara de-facto dan de-jure mengakhiri penjajahan Belanda atas bumi nusantara, yang telah berlangsung selama 350 tahun.

Sebagai Bapak Proklamator Bangsa, nama Soekarno sudah sangat membumi di nusantara ini. Segenap anak bangsa selalu mengidolakan sosok beliau, yang terkenal lantang, tegas dan berani. Sehingga nama besar Indonesia pun di era beliau menjadi buah bibir dunia, dan sangat diperhitungkan eksistensinya dalam percaturan politik internasional.

Keluwesan Soekarno dalam bergaul dengan berbagai pemimpin negara asing lainnya, kerap menuai decak kagum. Bahkan, kehadiran Soekarno di negara asing lainnya, selalu mendapat respon positif dari rakyat di negara yang bersangkutan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh semangat persatuan, dan kesatuan yang selalu diusung menjadi misi utama pada setiap kunjungannya ke negara asing.

Di negara Mesir sendiri, nama Soekarno sangat dikenal oleh rakyat negara tersebut. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari eratnya hubungan Soekarno dengan Presiden Republik Arab Mesir Gamal Abdel Nasser pada waktu itu. Yang sama-sama menjadi tokoh lahirnya Konferensi Asia Afrika. Keeratan hubungan mereka juga ditandai, dengan banyaknya intensitas kunjungan Soekarno kenegara seribu menara itu.

Dalam catatan sejarah, Soekarno telah melakukan kunjungan kenegaraan ke negara piramida tersebut, sebanyak enam kali. Dengan membawa misi persatuan dan kerjasama antar bangsa. Tentu saja, secara tidak langsung peristiwa tersebut meninggalkan kesan dan pengaruh kepada rakyat Mesir, yang saat itu sangat menghormati dan mencintai presidennya Gamal Abdel Nasser. Sehingga secara otomatis, juga akan menghormati Soekarno sebagai sahabat karib Abdel Nasser.

Kesan positif rakyat Mesir terhadap Bapak Proklamator itu, terlihat sampai sekarang. Banyak rakyat Mesir memberi nama anak mereka dengan Ahmed Soekarno. Begitu juga, ada beberapa jalan di negara Mesir yang mengabadikan nama Soekarno. Yang salah satunya termasuk jalan protokol yang berada di Daerah Kit Kat Agouza, bersebelahan dengan Jalan Sudan.

Disamping itu, juga terdapat beberapa pejabat negara sungai Nil bernama Ahmed Soekarno. Diantaranya adalah seorang Dekan Fakultas Sastera Universitas Aswan bernama Profesor. Dr. Ahmed Sokarno Abdel Hafiz, yang saat itu kami jumpai tanpa sengaja ketika berlibur ke Propinsi Aswan. ia merasa sangat bangga memiliki kesamaan nama dengan Tokoh Proklamator Bangsa Indonesia itu, dan mengharapkan berkah Soekarno pun akan menghinggapi dirinya, ucapnya dengan sedikit canda.

Cikal bakal nama Ahmed di depan nama Soekarno, menurut catatan sejarah, nama tersebut dipopulerkan oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir kala itu. Dengan tujuan, supaya perasaan keakraban dan kekeluargaan antara Mesir dan Indonesia semakin akrab, dengan membubuhkan nama Ahmed yang identik dengan nama seorang muslim.

Jika orang asing yang nun jauh diseberang benua sana, masih bangga dan setia dengan nama besar Soekarno Bapak Proklamator Bangsa Indonesia. bagaimana dengan kita sendiri sebagai bangsa Indonesia? Yang dengan jerih payah dan perjuangannya telah dapat merasakan nikmat kemerdekaan hingga saat ini.  Salam. (*)


3. Maroko
Jalan Soekarno

Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, 'dicatut' menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat. Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu: 'sharia Al-Rais Ahmed Sukarno' yang sekarang terkenal dengan nama Rue Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.

Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.


4. Pakistan
Jalan Soekarno

Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. Ilustrasi (Sumber: biography.com) Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.


5. Kuba
Perangko Soekarno

Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro. Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.



6. Arab Saudi
Pohon Soekarno

Jeddah (beritajatim.com) - Padang Arafah tidak bisa dilepaskan dengan Syajarah Soekarno atau Pohon Soekarno. Pohon yang di Indonesia dikenal sebagai pohon mimba, pohon imba, atau pohon imbo itu kini kian rimbun menghijau.

Kementerian Agama Republik Indonesia melansir, pohon sejenis pohon mindi ini memang dibawa oleh presiden pertama RI itu saat melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Sebagai orang berpengaruh di kawasan Negara-negara nonblok Bung Karno dengan mudah menawarkan ide penanaman pohon ini kepada kalangan masyarakat arab yang dikenal keras dan teguh dalam berpendirian.

Tak cukup mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus ini. Kini tanaman ini tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota Arab Saudi. Baik di Makkah, Madina, maupun Jeddah.

Khusus di kawasan padang arafah, pohon soekarno ini telah memenuhi sebagian besar kawasan dengan luas 5,5 × 3,5 kilometer persegi tersebut. Dengan tinggi rata-rata 2-3 meter, pohon ini berdiri di sepanjang jalan-jalan utama padang arafah. Pohon dengan banyak manfaat ini juga tumbuh di lokasi-lokasi yang akan ditempati tenda-tenda jamaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan prosesi wukuf.

"Keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menguranggi suhu panas saat jamaah haji melaksanakan wukuf," ujar Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Arofah, Muzdalifa, dan Mina (Armina) Abu Haris Muntohar.

Abu Haris mengungkapkan Pemerintah Arab Saudi memang secara khusus memelihara keberadaan pohon soekarno ini. Di Arafah ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang pohon Soekarno. [rif/but]


7.  Perangko Filipina
Philipina tahun 1948 – 1953.


Pada gambar perangko yang menunjukkan eratnya persahabatan antara Indonesia dan  Philipina,  tidak dicantumkan tanggal penerbitannya, namun kira-kira perangko ini diterbitkan di masa pemerintahan Presiden Elpido Quirino yang memerintah Philipina tahun 1948 – 1953














8.  Menjadi  Cover di majalah Times
Majalah Time, Menyanjung dan Menghujat Bung Karno
 
Ada dua laporan utama (cover story) majalah Time (Amerika Serikat) yang benar-benar menggambarkan figur Sukarno secara kontradiktif.  Cover di sebelah kiri ini, adalah cover majalah Time edisi 23 Desember 1946.


Cover itu menampilkan wajah  Sukarno sebagai orator ulung, pejuang kemerdekaan bagi bangsanya. Ia dilukiskan berpeci hitam dalam sapuan kuas yang begitu heroik, kuat serta berwibawa. Di belakang gambar Bung karno, tampak bendera Merah Putih tengah berkibar lengkap dengan tangan-tangan sedang yang dikepal.
 
Pada catatan cover yang ditulis oleh Robert Sherood itu, Sukarno digambarkan seorang pria Indonesia dengan tinggi badan 5 ft 8 in. Berwajah tampan  dan pandai berpidato. Ia juga mendapat julukan si Kamus Indonesia. Topik yang diangkat majalah Time ketika itu, selain mengungkap sosok  Sukarno,  juga mengulas tentang situasi Indonesia saat itu.
 
Secara umum, publikasi majalah Time tentang sosok Sukarno ketika itu sangat mendukung dan mengangkat citra Sukarno (dan Indonesia) ke pentas dunia.
Akan tetapi, media massa di Amerika Serikat, ada kalanya benar-benar digunakan untuk penggalangan opini, dari yang bersifat sanjungan, sampai yang berisi hujatan.
 
 
Nah, cover berikut di sebelah ini, adalah cover majalah Time edisi 10 Maret 1958. Wajah Bung Karno digambarkan begitu “menyeramkan”, dengan permukaan wajah yang “bopeng-bopeng” jauh dari penggambaran sosok yang tampan pada edisi tahun 1946. Demikian pula laporan di dalamnya.
Majalah Time edisi 10 Maret 1958 itu berisi propaganda dan sindiran negatif yang ditujukan kepada sosok Sukarno. Saat itulah Amerika mulai menunjukkan aksi tidak senangnya terhadap gaya kepemimpinan Sukarno yang sudah berhasil meraih simpati negara-negara yang baru merdeka (new emerging forces).
Karenanya, kutipan-kutipan yang ditampilkannya pun yang cenderung menyudutkan Bung Karno, dan melukiskan sosok Bung Karno yang arogan. Sebagai contoh, dikutip kata-kata Bung Karno yang mengatakan, bahwa dialah penyambung lidah rakyat. Bahkan rakyat akan makan batu, kalau Sukarno yang menyuruh (“Don’t you know that I am an extension of the people’s tongue” and “The Indonesian people will eat stones if I tell them to.”)


 
Sebuah kutipan yang sangat mendiskreditkan Bung Karno, dan bertolak belakang dari realita, bahwa Sukarno adalah presiden yang sangat dekat dengan rakyat, sangat dicintai rakyat, dan sejak muda mendedikasikan hidupnya bagi persatuan Indonesia, bagi kemerdekaan Indonesia.
Saya sangat lekat dengan cover yang kedua itu, karena bersinggungan dengan pengalaman pribadi. Sebelum saya mengetahui latar belakang kejadiannya, saya telah mencetak foto cover majalah Time (yang tahun 1958) besar-besar dan saya jadikan cover notebook. Suatu hari, ketika saya berjumpa Moch. Achadi, Menteri Koperasi pada Kabinet Dwikora, saya ditegur, “Dik! Jangan pasang gambar itu. Itu adalah  cover majalah Time yang isinya menghujat dan mendiskreditkan Bung Karno.”
 
Setelah itu, Achadi, pria sepuh yang masih energik berkat yoga itu, menceritakan panjang lebar ihwal dua cover majalah Time di atas. (roso daras)
 
Sumber : http://rosodaras.wordpress.com/tag/sukarno-cover-time-1958/
Sumber : http://nyatanyatafakta.blogspot.com/2012/01/5-negara-yang-mengabadikan-nama.html

Manifesto Komunis



Latar Belakang 
Dalam sosial ekonomi yang semakin maju, dimana qualitas kemandirian individu individu semakin tumbuh dan berkembang secara massal, mengakibatkan persaingan hidup juga semakin keras dan semakin meluas, sekeras-kerasnya dan seluas-luasnya sehingga harga semakin naik setinggi-tingginya, tapi keuntungan semakin turun serendah-rendahnya, hal ini tidak hanya mengakibatkan pertentangan klasik antara Buruh dengan Majikannya, tapi juga pertentangan global antara Buruh disuatu sektor dengan Buruh disektor lainnya.
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal, tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh ke tanah untuk bertunas lagi..
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita memilih untuk melawannya !.

Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial yang kita inginkan, dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan dari ketidakpuasan masyarakat umum.

Ruang Hidup 

Aktivis aktivis Marxisme-Leninisme saat ini belum bisa menyadari, bahwa taktik dan strategi Komunisme yang berdasarkan Marxisme-Leninisme tidak lagi dapat mengalahkan kekuatan Kapitalis, sejak Kapitalisme berhasil mencapai evolusinya menjadi Liberalisme yang sempurna pada pertengahan Abad ke 20.

Liberalisme berhasil melucuti basis pokok kekuatan Komunis sehingga kita bisa melihat bagaimana Borjuis & Proletar telah menjadi satu sebagai kaum Liberalis, dimana kaum liberalis yang terdiri dari Borjuis dan Proletar dengan sukarela dan antusias menjadi lawan bagi Kaum Komunis.

Hal itu menjadi kritik bagi asumsi Marx untuk menentukan pemetaan kelas social dalam thesisnya Historical Materalisme, yang menjadi dasar berpijak perjuangan kelas social yaitu, keadaan social seseorang menentukan kesadaran socialnya, tapi pada kenyataannya hal itu tidak sepenuhnya terjadi, karena kesadaran social tidak ditentukan oleh keadaan sosialnya, terbukti Marx dan Engels walau jelas memiliki keadaan social yang berbeda, tapi keduanya memiliki kesadaran social yang sama, hal ini saya sebut sebagai kelas social subyektif.
Dari fakta tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi dan pengaruh yang lebih kuat, dari pada Kelas Sosial Obyektif yang terbentuk berdasarkan parameter materalistik yang sudah tentu didasarkan oleh obyektifitas yang tidak perlu diragukan lagi.

Apakah yang menyebabkan Kelas Sosial Subyektif memiliki eksistensi yang lebih kuat adalah yaitu, karena pada dasarnya setiap kelas social terbentuk oleh adanya “kesadaran Sosial”, dan “kesadaran” berasal dari dalam diri individu ( manusia ) sehingga “kesadaran” itu sendiri adalah idealistik, yang sudah tentu bertentangan dengan materialistik, hal ini juga menguntungkan Liberalisme karena kesadaran diri manusia terdiri dari hasrat hewani manusia ( zoon politicon ) yang cendrung pada kebebasan pribadi ( individu ) yang seluas luasnya.
Hasrat kebebasan pribadi yang seluas luasnya ( naluri ) adalah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, mengapa demikian ? tentu kita memahami hal yang seharusnya, bahwa kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain, hingga terbentuk kebebasan yang sama bagi setiap orang, namun untuk dapat mencapai kebebasan yang seluas luasnya, manusia harus melakukan penindasan kepada manusia lainnya, bagaimana penindasan manusia diantara manusia yang sebenarnya terjadi ? hakekat penindasan yang sebenarnya terjadi adalah dengan cara mengingkari harga diri manusia lain, karena tidak mungkin hak azasi seorang manusia dapat diakui bila harga dirinya diingkari.
Harga diri adalah nilai berharganya diri manusia, nilai berharganya diri manusia ialah dasar berpijak untuk mendapatkan kebenaran ( Hak ) mutlak ( Azasi ) bagi diri manusia untuk dapat diperdulikan oleh manusia lainnya, Hak Azasi Manusia hanya relevan dibahas dalam hubungan antar manusia, yaitu ketika manusia berhadapan dengan manusia lainnya, Hak Azasi Manusia tidak relevan lagi dibahas dalam hubungan manusia dengan tuhannya atau hewan disekitarnya.

Adalah benar bahwa semua manusia memang berharga, karena manusia adalah benda hidup yang memiliki kenangan dan angan-angan, benda hidup yang pada dasarnya jelas memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan melayani, untuk berbagi dan menyayangi serta untuk berjuang dan berkorban, bahwa emas dan berlian serta benda berharga lainnya yang juga telah mendapatkan kebenaran untuk diperdulikan manusia, tidak dapat melakukan hal yang serupa itu.

Demikianlah kita telah menemukan ironi, bahwa ternyata Liberalisme ialah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia, disini kita dapat menemukan pelantunan, dimana dari Liberalisme bergerak menuju Kapitalisme, & selanjutnya dari Kapitalisme bergerak menuju Liberalisme yang baru, suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh adanya hukum alam yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.

Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, Kapitalisme timbul dari kehidupan masyarakat purba, dimana ketergantungan manusia pada sesama manusia relative sangatlah rendah, karena manusia pada awalnya adalah mahluk bebas yang hanya memiliki ketergantungan pada alam sekitarnya, sebab itu agar manusia dapat memanipulasi dan mengexploitasi manusia lainnya, maka manusia manusia Borjuis mengadakan perbudakan sesama manusia, serta klaim klaim hak milik yang berlebihan, melalui Undang undang untuk mempersempit bahkan menghilangkan kebebasan manusia lainnya, demikianlah kaum proletar telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia.

Menuju Kenyataan
 
Maka kepada pejuang pejuang rakyat jelata dimanapun kalian semua berada, saya sampaikan, marilah kita jadikan semangat solidaritas sebagai dasar berpijak yang mempersatukan kaum proletar dan kita semua, karena solidaritas adalah roh bagi segala bentuk perjuangan rakyat jelata disepanjang zaman, jadikanlah diri kita Pejuang Solidaritas Raya, karena untuk solidaritas yang seluas-luasnya kita harus benar benar berjuang dari dalam diri kita sendiri hingga keperluasan dimana kita semua berada.

Agar kita dapat saling merendahkan diri, karena hanya dengan saling merendahkan diri kita dapat saling menerima setiap diri diantara kita, hingga kita semua dapat berpegangan erat dalam jumlah yang tak terbayangkan, diantara seluruh buruh miskin dan pengangguran, pedagang liar dan gelandangan, persatuan kita adalah harapan, maka terimalah yang memimpin dan terimalah juga yang dipimpin agar kita menjadi satu kesatuan yang nyata, seperti rantai baja atau apa saja yang jaya perkasa, maka itu tidak perlu bagi kita untuk membesar besarkan asumsi marx, bahwa agama adalah candu, karena bahkan menurut saya agama adalah Heroin, heroin memang bisa membuat manusia terlena dalam khayalan, tapi heroin ialah juga alat bantu medis yang bisa menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, maka heroin seperti halnya agama sebenarnya tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakannya.

Dengan menelusuri alur Dialektika Reaksi, kita akan dapat menganalisa berbagai hal baik dengan penelusuran kedepan maupun penelusuran kebelakang dan kita dapat menemukan suatu keberadaan tanpa perlu kita melihatnya, bahkan sesuatu hal yang dianggap tidak ada, bisa jadi bukan karena benar tidak ada, tapi karena kita tidak tahu, demikianlah Dialektika Reaksi telah memperkaya ruang lingkup materialisme.

Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Kaum borjuis adalah kaum penindas, dan kaum proletar adalah kaum tertindas, berbeda dengan kapitalis yang merupakan pemilik modal, walaupun tidak selalu mutlak kapitalis adalah borjuis dan sebaliknya, namun “keadaan social” seorang kapitalis membuat dirinya cendrung memiliki “kesadaran social” sebagai borjuis, karena dengan modal berupa uang seorang kapitalis bisa mendapatkan kekuasaan untuk menindas, kekuasaan untuk menindas bisa digunakan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan begitu seterusnya, hingga dengan demikian seorang kapitalis telah menemukan kesadarannya sebagai seorang borjuis.
Kehidupan ini cendrung dinamis, dimana seorang proletar suatu saat nanti bisa saja menjadi seorang borjuis, karena seorang borjuis bisa juga menjadi seorang proletar, bahkan dalam jumlah yang cendrung jauh lebih banyak lagi dari pada jumlah proletar yang menjadi borjuis, karena dialam Liberalisme, kota-kota dan desa-desa telah menjadi Kollosium, yaitu arena pertarungan bebas, dimana tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya kesejahteraan seseorang juga berdiri diatas kemiskinan orang banyak, dibawah mekanisme pasar dimana dendam dan keserakahan telah menarik masyarakat secara paksa kedalam kerangka piramida daya beli, dimana seleksi ilmiah liberalistik yang tanpa belas kasihan terjadi.

Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi, sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.

Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli, sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.

Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja, tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang "tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga instan hidup dan berkembang, untuk saling memberikan kesetiaan dan keperdulian.

Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan, maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum, maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah mereka telah berhasil menguasai dunia.

Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya, bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa",  dimana mereka melihat dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia dapat senantiasa melihat harga dirinya  memang jelas lebih tinggi dari manusia lainnya.

Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan bersama.    

Kapitalisme Negara
 
Apa yang salah dari Marxisme-Leninisme ? Marxismenyakah ? atau Leninismenya ? jelas Lenin yang telah membagi-bagikan tanah pertanian bekas borjuis kepada petani, tapi kemudian menghadapi pemberontakan petani,hingga lenin melakukan New Economic Policy (NEP), yaitu kebijakan untuk memberi ruang hidup bagi kapitalistik.
Mengapa hal itu sampai terjadi ? Lenin memaksakan kehendak pada petani dengan membayar hasil panen dengan harga murah, tanpa memikirkan berapa hutang & bunga rentenir yang telah ditanggung petani jauh sebelum panen terjadi, tapi Stalin menyelamatkan Marxisme-Leninisme dari kegagalan, dengan mengambil alih tanah pertanian tsb dan mempekerjakan petani dalam Pertanian Kolektive dengan Gaji serta bonus yang cukup memuaskan bagi masyarakat USSR pada saat itu, sehingga mengantarkan USSR pada Stabilisasi. .

Dari sejarah kita tersadar bahwa kesalahan fatal terletak pada Leninisme dimana USSR tidak pernah mencapai titik klimaks dari apa yang diinginkan oleh marx dalam Manifesto Komunis hingga kehancurannya, Manifesto Komunist adalah uraian thesis karl marx untuk mencapai keadaan dimana setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan hasil sesuai dgn kebutuhannya.

Model Ekonomi USSR mirip model Ekonomi Indonesia sebelum akhir tahun 1990-an, dimana banyak sekali BUMN atau Perusahaan Milik Negara dengan dominasinya yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki kesatuan kesadaran dan tidak memiliki kesatuan tindakan, suatu model ekonomi yang tidak mampu menyelamatkan kaum Proletar dari kemiskinan dan penderitaan.
Keberhasilan Revolusi Bolshevik tidak lain merupakan hasil dari tindakan Lenin yang memanfaatkan keresahan Militer dan Rakyat rusia dalam Perang Dunia Pertama untuk menjatuhkan Rezim Tsar agar rusia segera mengundurkan diri dari Perang Dunia Pertama yang tidak memberikan keuntungan bagi rusia, dan memanfaatkan kelemahan pemerintahan Karensky yang belum cukup waktu untuk melakukan konsolidasi menyeluruh di rusia, dengan Kudeta tidak berdarah, dimana Milisi Bolshevik berhasil mengepung Kantor Pusat Pemerintahan Rusia, dimana Karensky berada dan menyerah saat itu juga tanpa perlawanan.

Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis, tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin, Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis kedua ini.

Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan Neo Komunisme Utopis, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.

Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.

Neo Komunisme mengakhiri  semua pertentangan antara Manusia sebagai Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia, tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar biasa.

Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang  para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak perjuangan ini.

Solidaritas Permanen

Bila setiap kesatuan kerja bekerja bagi semua kesatuan kerja, dan semua kesatuan kerja bekerja bagi setiap kesatuan kerja, maka Manifesto Komunis dapat dicapai, tetapi ini hanyalah prinsip kerja yang saya rancang untuk mencapai Manifesto Komunis, serta masih memerlukan teknis pelaksanaan dengan melibatkan negara sebagai instrumen pokok untuk memobilisasi kelas pekerja pada kesatuan kesatuan kerja, dan setelah pemerintah mengumpulkan semua daftar kebutuhan pekerja beserta kesatuan kerjanya untuk kemudian mengklasifikasikannya, maka pemerintah atas dasar data tersebut memberikan target prestasi kepada kesatuan kesatuan kerja, yang harus dijawab oleh kesatuan kerja dengan jaminan prestasi.
Adapun jaminan prestasi tsb menjadi dasar diterbitkannya voucher sebagai alat tukar yang berlaku umum, sedang mata uang hanya beredar antar bank saja, hal itu disebabkan mata uang bukan hanya sulit dikendalikan dalam rekayasa sosial menuju kesejahteraan umum, tetapi lebih dari itu mata uang adalah juga dasar pokok kapitalistik sebagai dasar sosial.
Bagaimana hubungan mata uang dengan voucher sebagai sesama alat tukar resmi ? Voucher adalah alat tukar resmi yang mulai efektif berlaku setelah mendapat stempel masa berlaku yang dicetak oleh teller bank baik manual ataupun otomatis melalui mesin khusus yang juga terpasang dimesin ATM atau mesin Anjungan Tunai Mandiri ( Automatic Cash ).
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired  voucher yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tengang 1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.   

Dibawah Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi terdapat divisi divisi unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Tahapan masyarakat Neo Komunis adalah suatu pencapaian peradaban yang lebih tinggi dari tahapan masyarakat komunis, dimana dalam tahapan masyarakat Neo Komunis, setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan mendapatkan hasil lebih dari kebutuhannya.

Kediktaktoran proletar saat ini telah bisa diwujudkan, dengan banyaknya proletar terdidik melalui stelsel proletar yang berdisiplin baja dan bermental baja, sehingga tidak memerlukan lagi kediktaktoran partai komunis, dimana buruh berserta kepentingannya hanya menjadi tunggangan Politbiro semata, sebagai bentuk kediktaktoran minoritas, dimana Para Penjilat dan Intelektual Oportunis bahkan Kader Biologis bisa mendapat tempat untuk meminta minta perhatian atau bahkan juga menuntut untuk "dikatrol", yaitu mendapat Promosi Instant yang memarjinalisasi para Kader loyalis, berbeda dengan Kediktaktoran Proletar yang digagas oleh Karl Marx sebagai bentuk kediktaktoran mayoritas, dimana setiap orang secara kolektif kolegial didalam stelsel proletar menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan didalam Kediktaktoran Proletar itu sendiri, maka dengan demikian marxisme sebaiknya dapat tegak berdiri tanpa leninisme.

Revolusi tidak sama dengan kudeta, kudeta hanya merebut kekuasaan secara paksa sedangkan revolusi adalah perubahan keadaan dalam skala yang sebesar besarnya dan secepat cepatnya, jadi revolusi tidak hanya bisa dilakukan dari atas kebawah tetapi juga bisa dilakukan dari bawah keatas, yang perlu dilakukan adalah dengan terus menerus membentuk stelsel dan mengklasifikasikan anggota stelsel berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerjanya untuk ditempatkan pada masing masing direktorat jendral profesi serta melakukan Aksi Solidaritas Permanen dengan membentuk posko posko solidaritas diberbagai pemukiman.

Stelsel harus dibentuk berdasarkan keteraturan dan kedisiplinan, stelsel terdiri dari Upline yang menjadi Pembina solidaritas serta Downline yang mejadi anggota solidaritas, model stelsel harus memiliki formasi akar downline yang teratur rapih, pada tiap tingkatan kepengurusan stelsel, maka upline tertinggi menjadi Pembina umum, dan menjabat sebagai ketua presidium atas dewan konsolidasi, sedangkan downline yang berada satu tingkat dibawah upline tertinggi itu menjabat sebagai anggota presidium tersebut, yang secara kolektive kollegial memimpin lembaga dewan konsolidasi yang terdiri dari sekretariat jendral dan departemen departemen serta birokrasi yang berada dibawahnya.

Hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan, dan seharusnya menjadi pertanyaan penting adalah, mengapa stelsel ditempatkan sebagai formasi pokok kepemimpinan ?, tidak lain jawabannya adalah, kemampuan manusia untuk memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia sangatlah terbatas, saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda untuk dapat memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia, tapi secara empirik saya meyakini bahwa sangat sedikit sekali manusia yang dapat memberikan perhatian yang intensif kepada 20 orang sekaligus, umumnya hanya berkisar antara 12 s/d 15 orang saja, hal inilah menjadi dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepemimpinan.

Setelah kita mengetahui dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepempimpinan, maka pertanyaan selanjutnya adalah, berapa jumlah akar downline yang seharusnya ? akar downline yang seharusnya dan sangat mungkin untuk layak diterapkan bagi setiap orang yang menjadi upline adalah 6 orang downline saja, karena bukan hanya tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit, kenapa tidak 12 s/d 15 orang downline saja untuk pencapaian yang optimal ?, hal yang harus kita fahami adalah bila formasi akar downline berjumlah 12 s/d 15 orang, maka dikhawatirkan upline sebagai pembina solidaritas, menjadi tidak optimal dalam melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap anggotanya, hal ini tentunya dapat dimaklumi, karena setiap pembina solidaritas, bukan hanya memiliki keperluan lain yang harus dilakukannya, tapi juga memiliki kehidupan pribadi yang harus dijaganya.

Basis Dewan Konsolidasi ( DEKON ) ditingkat terendah adalah UNSTRUM atau Unit Strategis Umum, adapun setiap Pembina solidaritas yang telah berhasil membentuk dan menyelenggarakan Posko Solidaritas dengan kepengurusan yang berbasis kepada downline downlinenya, maka berhak menjabat sebagai Kepala UNSTRUM yang mendapatkan tempat di Dewan Konsolidasi ( DEKON ) tingkat terendah untuk mewakili Unit Strategis Umum yang dipimpinnya.

Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, tentu kita sudah mengenal istilah Reaksi Berantai, tetapi konsep Dialektika Reaksi yang saya maksud adalah hasil analisa saya yang berfokus pada bagaimana perubahan Reaksi menjadi aksi yang baru dapat ditimbulkan, Reaksi benda dapat berubah menjadi Aksi ketika Reaksi benda tersebut mengena / berdampak pada benda lain, adapun Reaksi dari suatu benda dapat terjadi dengan memanfaatkan watak / sifat benda serta kemampuan dan keadaan benda tersebut.
Dialektika Reaksi terbagi dalam dua kategori umum, yaitu dialektika reaksi ilmiah dan dialektika reaksi alamiah, dialektika reaksi ilmiah adalah perubahan reaksi yang ditimbulkan secara sengaja oleh manusia, sedangkan dialektika reaksi alamiah adalah perubahan reaksi yang tidak ditimbulkan oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka dengan demikian tidak dapat diingkari, bahwa Dialektika Reaksi adalah dasar berpijak bagi Dialektika Materialisme dan segala bentuk Mekanisme.

Strategi Revolusi 

Direktorat Jendral Profesi adalah kesatuan kerja yang mengelola Sumber Daya Manusia para anggotanya dan karenanya masing masing Direktorat Jendral Profesi memiliki Training Center, untuk mengaktivasi setiap Direktorat Jendral Profesi ini harus dibentuk KOPERASI yang persyaratan keanggotaannya adalah harus menjadi anggota stelsel terlebih dahulu sebagai dasar keanggotaan KOPERASI tersebut.

KOPERASI proletar bahkan ultraproletar tidak bisa disamakan dengan KOPERASI borjuis, baik borjuis besar maupun borjuis kecil didalam teknis pengumpulan modal KOPERASI, KOPERASI borjuis dapat menagih iuran Pokok, iuran wajib dan iuran Sukarela kepada anggotanya, sedangkan KOPERASI proletar tidak dapat melakukan hal serupa itu kepada anggotanya, sehingga teknis pengumpulan modal KOPERASI adalah dengan mengadakan Rekening Investasi Bagi Hasil Basis Point serta dari Kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya yang berbasis pada dana Amal Solidaritas. 

Pada setiap tingkat kepengurusan Koperasi Proletar, terdapat Dewan Komisaris yang terdiri dari jajaran Dewan Konsolidasi yang setingkat dan sewilayah, adapun Dewan Komisaris Koperasi Proletar bertugas melakukan fungsi pengawasan serta mengadakan pemilihan kepengurusan Koperasi Proletar ditingkat wilayahnya, dan masa bakti kepengurusan Koperasi tidak ditentukan batasnya, dan dapat diganti melalui Pemilihan Umum yang diadakan Dewan Komisaris ditingkat wilayahnya setelah Dewan Komisaris tersebut menerima Mosi Tidak Percaya Minimal dari 50% lebih anggota yang berada dibawah tingkat kepengurusan Koperasi tersebut.

Karena Koperasi Proletar adalah dari dan bagi Pejuang Solidaritas Raya, maka Integritas Koperasi Proletar dengan Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya harus terjaga secara utuh ( solid ) tanpa terkecuali, maka dari itupula pemegang kas Pejuang Solidaritas Raya dan pemegang kas Koperasi Proletar tidak boleh dipisahkan, serta apa apa saja yang berlaku didalam Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, haruslah berlaku dalam Koperasi Proletar secara mutlak, modal awal Koperasi Proletar bersumber dari kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, atau lebih ringkasnya ialah Organisasi Pejuang Solidaritas Raya atau PSR, maka sebagian keuntungan bersih ( profit netto ) Koperasi Proletar wajib disetor pada kas PSR guna m